DbClix

Sunday 14 February 2010

Kepasrahan Jiwa


Riwayat dari Irman bin Hashin,bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :

“Dari ummatku bakal masuk syurga tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.” Mereka bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah meramal, tidak pernah berbekam, dan mereka senantiasa tawakal kepada Allah.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW memposisikan “ramalan” diurutan kedua, setelah berupaya untuk tidak berobat yang merupakan derajat murni sejati, yang tergolong ahli fana’, dan mereka senantiasa dalam kehendak Allah SWT.


Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Namun betapa sedikit jumlah mereka dalam setiap periode. Karena derajat mereka adalah mewujudkan hakikat tawakal kepada Allah SWT. Kepasrahan total yang meliputi seluruh instrument sebab akibat dan kehendak. Merekalah kaum ‘arifin Billah yang sesungguhnya, semoga Allah meridhoi mereka.

Amboi, jika orang ‘alim itu terbagi dua “
1. Satu golongan yang membuatku terbatas dari keraguan.
2. Satu golongan yang menggunting-gunting diriku dari gunting mereka. Tak lebih dantak kurang mereka itu, dimataku.

Anak-anak sekalian… ketahuilah orang ‘arif kepada Allah SWT dengan ma’rifat yang benar, senantiasa terhanguskan hasratnya dibawah keceriaan dalam wahdaniyahNya. Dan tak ada keceriaan mulai dari Arasy sampai muka bumi yang lebih besar dibandingkan kegembiraan ma’rifat kepada Allah SWT.

Syurga seisinya itu disbanding isi kegembiraan mereka kepada Allah SWT nilainya sangat kecil, lebih kecil disbanding atom, ketika nereka tahu bahwa ma’rifat adalah kegembiraan paling agung dari segala kegembiraan manapun. Siapa yang bertemu Allah SWT, maka mana yang tak bisa ditemukan? Kesibukan apalagi yang akan dilakukan setelah bertemu denganNya? Bukankah melihat selain Allah itu tak lebih dari keliaran nafsu belaka? Hasrat yang rendah? Dan minimnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala.

Allah SWT berfirman :

“Katakan, dengan karunia Allah dan dengan rahmatNya, maka dengan karunia dan rahmat itulah kalian semua bergembira…”

Dalam sebagian munajatnya Ibrahim bin Adham ra mengatakan :

“Ilahi, Engkau Maha Tahu syurga dan seisinya, rasanya tak melintas padaku walau sesayap nyamuk setelah Engkau beri aku ma’rifat kepadaMua,dan kemesraanku padaMu, dan Endkau telah membuatkan mencurah untuk tafakur atas keagunganMu, serta Engaku telah menjanjikan padaku utnuk memandang WajahMu.”

Memang, sesungguhnya derajat terendah kaum ‘arifin itu, manakala Allah memasukkannya kedalam neraka yang diliputi adzab, maka hatinya malah tambah cinta kepadaNya, semakin mesra sukacita padaNya, dan semakin rindu kepadaNya.

Ibnu Siirin ra berkata, “Jika aku harus memilih antara syurga dan sholat dua rekaat, aku memilih sgolat dua rekaat. Karena dalam dua rakaat ada ridhonya Allah SWT, taqarrub kepadaNya. Sedang dalam syurga yang ada kesenangan nafsu dan kesenangan manusia.”

Ketika Nabi Ibrahim as dilemparkan kedalam api, “Mereka mengatakan, bakarlah dia, dan mintalah pertolongan pada Tuhan kalian!” kata mereka. Nabi Ibrahim as menjawab, “Cukuplah bagiku Tuhanku dan Dialah sbaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Tuhan dan sebaik-baik Penolong.”

Kemudian Allah SWT berfirman, “Wahai api jadilah dirimu dingin sejuk dan menyelamatkan atas ibrahim.”

Berserah diri.
Diriwayatkan, ketika Allah SWT berfirman kepada Nabi I(brahim as, “Wahai Ibrahim, engkaulah sahabat dekatku, dan Aku sahabat dekatmu. Maka jangan berpaling dariKu, yang menyebabkan putusnya hubungan kesahabatan antara diriKu dan dirimu, karena orang yang benar-benar mengaku sahabat dekatKu jika dibakar oleh api, hatinya sama sekali tidak bergeser dariKu, karena menghormati kebesaranKu.”

Allah SWT juga menyebutkan dalam Al Qur’an :

“Ketika Tuhannya berkata kepada Ibrahim, “Islamlah”! Ibrahim menjawab, “Aku Islam kepada Tuhannya Semesta Alam.”

Allah SWT mengetahui kepasrahan totalnya (Islam) sampai kemudian ia dilempar kedalam api.

Abu Abdullah bin Muqotil ra bermunajat :
“Ilahi, janganlah Engkau masukkan diriku kedalam neraka, karena api pun bisa menjadi dingin padaku karena cintaku kepadaMu.”

Abu Ayyub as-sikhtiyani ra berkata, “Neraka itu ditakuti, bagi mereka yang lupa akan Tuhannya. Lalu dikatakan pada mereka yang lupa itu : “Raakan semua atas kelalaianmu dalam pertemuan harimu ini…” dengan segenap balasan amalnya.”

Abu Hafsh ra menegaskan, “Saya sangat hawatir atas ma’rifat sebagian orang, yang sudah ditulis di jubah mereka, “Orang-orang merdekanya Allah setelah dikeluarkan dari neraka…”. Namun mereka memohon agar tanda tulisan itu dihapus dari mereka. Jika aku jadi mereka, aku sangat memohon agar tanda itu ditulis diseluruh anggota badanku, dan membuatku cukup bangga: “Akulah dari golongan orang yang dimerdekalan dari neraka…!”. Menurutku, apa yang diraih ahli syurga dalam syurganya adalah Robb Ta’ala, kedekatan padaNya, dan memandangNya serta mendengarkan kalamNya.

Ingat isteri Firaun ketika bermunajat :
“Tuhanku, bangunkan rumah bagiku di sisiMu dalam syurga.”
Sebagaimana disebutkan, “Tetangga dulu, baru rumah.”

Ibrahim bin Adham ra mengatakan, “AKu sangat alu jika tujuan ummatku adalah makhluk, padahal Allah SWT telah berfirman kepada sebagian nabiNya, “Siapa yang berkehendak pada kami, ia tak ingin selain diri kami…”

Sebagian Syekh Sufi mengatakan, “Aku pernah melihat seorang pemuda di Masjidil Haram sedang dalam kondisi menderita dan kelaparan, saya sangat kasihan padanya. Aku punya seraus dinar dalam kantong, lalu kudekati dia. “Hai anak muda, inibuat kebutuhan-kebutuhanmu…” Pemuda itu tidak menoleh sama sekali padaku, dan aku terus mendesaknya. Pemuda itu berkata, “Hai Syeikh, dinar ini sesuatu yang tak bisa aku jual dengan syurga dan seisinya. Syurga itu negeri keagungan, asal sumber keteguhan dan keabadian. Bagaimana aku menjualnya dengan harga yang hina?”

Abu Musa ad-Daylaby, -pelayan Abu Yazid- semoga Allah merehmati keduanya, berkata, “Aku pernah mendengar seorang Syeikh di Bistham mengatakan, “AKu bermimpi, sepertiya Allah SWT berfirman : “Kalian semua sedang mencari sesuatu dariKu – selain Abu Yazid – sesungguhnya dia mencariKu dan mendhendakiKu, dan Aku pun menghedakiNya.”

Abu Abdullah ra mengatakan, “Jadikan Allah itu sebagai majelis dan tempat kemesraan. Disiplinlah khidmah pada Tuhanmu. Maka dunia akan dating kepadamu dalam keadaan merana, dan kau diburu akhirat, dan akhirat begitu rindu…”
“Hai pemburu dunia, tinggalkan dunia, maka duniamemburumu”, lanjutnya.

Abu Said al-Kharraz ra mengatakan, “Suatu hari aku di tempat wuquf, lalu aku ingin memohon kepad Allah SWT sesuatu kebutuhan. Lantas muncul bisikan lembut tanpa suara kepadaku.” Di hadapanmu Allah, kamu masih mencari selain Allah?”

Ada seseorang menulis surat kepada saudaranya, “Amma Ba’du : “Tamparlah muka para penghasrat dunia dengan dunianya, tamparlah pencari akhirat pada wajah pemburunya. Bermesralah dengan Robbul ‘alamin. Wassalam.”

Abu Abdullah an-Nasaj ra mengatakan, “Janganlah menumpuk banyak syurga bagi orang beriman, karena Allah akan memberikan kelayakan yang lebih layak disbanding syurga, yaitu ma’rifat.”

Seseorang sholat jenazah dengan lima takbir. Ditanya kenapa sampai lima kali? “Empat takbiranku untuk si mayit. Dan satu utnuk dua rumah dunia-akhirat)…” katanya.

Kisah terjadi ketika ayat Al Qur’an dibacakan pada Abu Yazid, “Diantara kaian ada yang berharap dunia, dan diantara kalian ada yang berharap akhirat…” Lalu Abu Yazid berkata, “Mana yang berharap kepada Tuhan?”

Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib kwh, berkata kepada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, “Wahai Khalifah Rasulullah SAW, bagaimana anda meraih posisi derajat ini hingga mendahului kami?”
Abu Bakr Shiddiq ra menjawab, “Dengan lima perkara.”
Pertama : Aku dapatkan manusia dua kelompok, pemburu dunia dan pemburu akhirat, sedangkan aku pemburu Tuhan.
Kedua : Sejak aku masuk Islam, aku tak pernah key\nyang dengan makanan dunia.
Ketiga : Aku tak pernah segar minum – minuman dunia.
Keempat : Jika muncul dihadapanku dua pilihan amaliah : amal dunia dan amal akhirat, aku pasti memilih amal akhirat.
Kelima : Aku berguru (bersahabat) pada Nabi SAW, dan aku senantiasa bersahabat yang sebaik-baiknya.
“Sengguh mulia bagimu waha Abu Bakr…” kata Sayyidina Ali khw.

Haalatu Ahlil Haqiqah Ma'Allah (Syekh Ahmad Ar-Rifa'y)
Alih Bahasa oleh : KH. Luqman Hakim MA.

No comments:

Post a Comment