DbClix

Sunday 14 February 2010

Tentang Larangan Berkata “Apa Yang Harus Aku Lakukan Dan Bagaimana Caranya?”


Syaikh Abdul Qadir Jailani ra mengatakan : Kebanyakan prekataan yang kamu ucaokan adalah, “Apa yang harus aku lakukan dan bagaimana caranya?” Maka akan dijawab kepadamu, “Berdirilah di tempatmu, jangan melampaui batasmu, sampai kamu didatangi oleh kesempatan dan masa yang longgar bagimu dari seseorang yang memberikan perintah kepadamu untuk berdiri di tempat kamu berkata sekarang.”


Allah SWT berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Al Imraan : 200).

Allah SWT memberikan perintah kepadamu untuk bersabar, wahai mukmin. Kemudian perintah untuk tidak berhenti, mengikat diri, selalu menjaga, dan terus-menerus berusaha. Lalu Dia memberikan peringatan kepadamu tentang akan meninggalkanNya.

Dia berfirman,

“Bertaqwalah kepada Allah SWT dalam hal meninggalkanNya.”

Maksudnya, janganlah kamu meninggalkan sifat sabar. Karena sesungguhnya kebaikan dan keselamatan itu terdapat dalam kesabaran. Rasulullah SAW bersada, “Kesabaran adalah sebagian dari iman, sebagaimana kepala adalah bagian dari tubuh.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi). Ada yang mengatakan, “Segala sesuatu itu pahalanya telah ditentukan, kecuali pahalanya kesabaran. Karena sesungguhnya kesabaran itu merupakan transaksi jual beli tanpa ukuran.” Allah SWT berfirman, “Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Sesungguhnya bumi Allah itu luas.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yag bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 1). Apabila kamu bertqwa kepada Allah SWT, Dia akan menjagamu untuk terus bersabar, menjaga batas-batasnya, dan memenuhi apa saja yang menjadi janji kepadamu di dalam buku catatan taqdirNya. Inilah maksud firman Allah SWT, “Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik, dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu, dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikian diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa bertawqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalankeluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah melaksanakan urusan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 2-3). Hendaklah kamu selalu bersabar, sampai dating kepadamu kelapangan dan kelonggaran dari golongan orang-orang yang bertawakkal. Sungguh, Allah SWT telah memberikan janji kepadamu dengan adanya kecukupan dalam firmanNya, “Danmemberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).

Jadilah kamu bersama kesabaran, dan ketawakalan kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk membalasmu. Allah SWT berfirman, “Dan tatkala dia cukup dewasa, kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf : 22). Bersamaan dengan hal itu, Allah SWT juga mencintaimu. Sesungguhnya Dia berfirman, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al Baqarah : 195).

Kesabaran adalah induk bagi setiap kebaikan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Dari kesabaran pula, seorang mukmin dapat naik menuju keadaan ridha dan muwafaqah (penyesuaian diri). Kemudian menuju fana’ dalam semua taqdir Allah SWT dalam keadaan menjadi wali badal atau kegaiban (hilang). Maka berhati-hatilah, jangan sampai kamu meningalkan itu, yang dapat menyebabkan dirimu menjadi hina di dunia dan di akhirat, dan kamu akan kehilangan kebaikannya. Na’udzubillah Min Dzalik.

Futuhul Ghaib.

No comments:

Post a Comment